Himpunan Mahasiswa Islam atau yang Sering kita dengar yaitu HMI, Himpunan Mahasiswa Islam ( HMI ) adalah Organisasi Islam Tertua di Indonesia yang didirikan di Yogyakarta Pada Tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H yang Bertepatan dengan Tanggal 5 Februari 1947. Eksis sejak 2 Tahun Pasca Kemerdekaan Indonesia, Berdirinya HMI tidaklah Semulus Seperti Apa yang Kita bayangkan, Melainkan Banyak Cacian yang dilayangkan ke HMI,Serta Kontroversi dari Organisasi-organisasi yang ada pada Masa itu, Tapi Sang Pemerkasa Ayahanda Lafran Pane selaku Pendiri Himpunan Mahasiswa Islam ( HMI ) tak dapat ditumbangkan hanya dengan Perkataan-perkataan orang yang tidak tahu Esensi sebenarnya dari HMI ini. Bahkan Pada Tahun 1965 pun, HMI hampir dibubarkan Oleh Bapak Presiden pertama di Indonesia yaitu Soekarno akibat Hasutan-hasutan para Oknum pada masa itu. Akan tetapi Pak A Dahlan Ranuwiharjo Mantan Ketum PB HMI pada Tahun ( 1951-1953 ) Adalah dalang dari Kegagalan Bung Karno untuk Membubarkan HMI. Melangkah melewati Sejarah, Kini HMI masih Berdiri dengan Gagah Meski telah melewati Masa-masa yang Sangat Kelam. Dan HMI kini sudah memasuki Peradaban yang tak Lepas dari Teknologi. Mahasiswa Zaman Sekarang, yang Sering disebut dengan Generasi Z, Sering Mempertanyakan 1 Pertanyaan yang dapat Membuat Kader HMI akan Diam Sejenak, Apakah saat ini HMI masih Relevan?. Itu pertanyaan yang terkuak dari lisan Mereka, Selanjutnya akan Kita Bahas.

Sebelum itu Penulis ingin membahas Terkait Perbandingan HMI yang dulu dan HMI yang sekarang. Ada Seseorang yang Menghampiri saya dan Bertanya Kepada saya, “Apa Bedanya HMI masa dulu dengan HMI masa kini?”. Saya Cukup tercengang mendengar Hal itu, Saya bertanya balik kepada dia. Mengapa anda tiba-tiba mempertanyakan Hal ini?. Lalu Dia Menjawab. Saya Melihat Himpunan Mahasiswa Islam ( HMI ) dulu dengan HMI saat ini sangat berbeda. Saya Bertanya Lagi. Dimana Letak Perbedaanya?. Dia Pun menjawab, “HMI dulu sangat Kritis, berani dan tidak sedikit yang masuk penjara gara-gara menyuarakan pendapatnya dalam membela kepentingan Masyarakat banyak”. Saya Tanggapi “Loh loh, HMI saat ini juga demikian. Banyak anak-anak HMI yang turun kejalan untuk menyuarakan pendapatnya dalam membela masyarakat, mengontrol jalannya demokrasi, dan mengontrol kebijakan publik. Lalu Dia Menambahkan “kalau begitu, Berarti HMI tetap HMI yang berdiri tegak menyuarakan kebenaran, dan menyuarkan kepentingan rakyat” Tambah dia. Lalu saya menjawab dengan Ulasan yang lumayan panjang, diantara jawaban saya itu adalah Pertama, HMI lahir dari Rahim seorang Akademisi yang Gelisah Melihat Ketimpangan dan Ketidak adilan. Kedua, HMI keberadaannya ingin menjaga islam dan ajarannya, agar tetap berada di jalan yang diridhoi Allah SWT. Ketiga, HMI didirikan oleh Anak Indonesia yang Ingin Menjaga Kedaulatan bangsa dari segala bentuk penjajahan. Dan Banyak lagi jawaban yang saya berikan kepada Dia.
Saudara. Tidak ada pergeseran sedikit pun dari tujuan organisasi HMI apapun yang di alaminya. Hingga langit runtuh pun HMI tetap merupakan organisasi yang akan terus berada di garis kebenaran, dan akan bersuara lantang lantang pada para pemerkosa keadilan, dan atau bertindak biadab pada negeri ini. Sebagai organisasi yang terus melahirkan insan akademi, pengabdi dan pencipta. HMI tidak akan rela merusak cita-cita luhurnya itu, hanya dengan embel-embel kekuasaan yang bersifat sesaat. Adalah Lafran Pane mengajarkan sikap itu, dengan kecerdasan, ketangkasan dan keberaniannya. Beliau tidak hanya berani tapi juga berilmu dan memiliki wawasan yang luas tentang keislaman dan keindonesiaan.
Saudara. Anda bertanya demikian, karena anda mungkin mendengar bahwa HMI haus dengan kekuasaan. Melihat banyaknya mantan aktivis HMI yang menjadi pejabat di negeri ini. HMI itu tidak bangga mempunyai banyak kader menjadi ini dan itu. Tapi tidak mampu membawa dan melaksanakan cita-cita luhur HMI. Jika pun ada kadernya yang berbuat prlaku yang menyimpang, dan merusak atau menyakiti hati rakyat maka ini sudah keluar dari jalan yang di bangun oleh HMI.
Saudara. HMI dulu dan HMI sekarang tidak ada perbedaan. Orangnya boleh berbeda. Tapi semangat dan cita-cita HMI tidak akan luntur hingga kapanpun dan dimana pun. Mungkin tidak ada bedanya dengan organisasi-organisasi mahasiswa yang lain. Saudara. Melihat orang-orang HMI itu tidak hanya pada mereka yang memilih jalur menjadi politisi. Tapi juga lihatlah mereka yang berada di jalur akademik, pengusaha, menjadi pengasuh pesantren, pedagang, petani, dan bahkan tukang ojek sekalipun. Sebab, HMI mencetak manusianya untuk menjadi manusia yang merdeka dan mengabdi tanpa melihat dan memilih pekerjaan. Apapun pekerjaannya yang penting bisa mengabdi pada agama, bangsa dan negara.
Lalu Dia Kembali Bertanya “ Kalau begitu, Berarti saya tidak salah Masuk HMI?.
Tidak ada yang salah dengan Pilihan. Yang salah itu kalau kita memilih dan tidak berbuat. Teruslah Berorganisasi dimana saja. Organisasi itu bukan tujuan tapi Proses.
Lalu dari Banyaknya tulisan di Atas, Apakah Kader HMI saat ini Mengetahui Esensi yang sebenarnya dari HMI?. Penulis mungkin hanya ingin menuangkan sedikit pendapat terkait Esensi HMI yang Sebenarnya. Himpunan Mahasiswa Islam atau HMI Merupakan suatu organisasi yang bernafaskan islam dan bersifat independen atau bebas dan merdeka tidak tergantung dan memihak dengan kelompok atau golongan tertentu dan Banyaknya Kalimat-kalimat diatas itu juga termasuk Esensi dari Himpunan Mahasiswa Islam. Berkaca dari Kader HMI saat ini, Tidak Menutup kemungkinan bahwa mereka lebih pintar daripada Kakanda dan Ayunda nya di Atas. Penulis pun merasa Bahwa Esensi dari HMI ini pun bebas didefinisikan serta diartikan oleh masing-masing kader HMI, Asal tidak Melewati Batas Koridor atau Melenceng dari Garis Keislaman dan Keindonesian serta Independensi. Yang perlu kita tanamkan di dalam diri kita sebagai Kader HMI, Sedikit Menuangkan Hasil Kutipan Muqoddimah AD HMI dalam tulisan ini Pada Alinea Kelima dan Keenam disebutkan :
Mahasiswa Islam sebagai generasi muda yang sadar akan hak dan kewajibannya serta peran dan tanggung jawab kepada umat manusia, umat muslim dan Bangsa Indonesia bertekad memberikan dharma bhaktinya untuk mewujudkan nilai-nilai keislaman demi terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu wata‘ala.
Meyakini bahwa tujuan itu dapat dicapai dengan taufiq dan hidayah Allah Subhanahu wata‘ala serta usaha-usaha yang teratur, terencana dan penuh kebijaksanaan, dengan nama Allah kami Mahasiswa Islam menghimpun diri dalam satu organisasi yang digerakkan dengan pedoman berbentuk anggaran dasar …….
Terlepas dari Esensi, dari Muqoddimah tersebut dapat dipahami bahwasanya aturan itu dijadikan sebagai pedoman dalam menjalankan organisasi HMI dari seluruh tingkatan. Tidak hanya Komisariat yang harus melakukan aturan tersebut. Penulis sangat menyayangkan jika struktur pimpinan diatas komisariat yang harusnya bisa ideal justru tidak bisa melaksanakan aturan-aturan tersebut, bukan karena ketidak pahaman ataupun kekurang SDM akan tetapi kita perlu Meningkatkan Kesadaran yang kita Miliki Agar tidak Minim sekali.
Soe Hok Gie Pernah Berkata “ Kita, Generasi kita ditugaskan Untuk Memberantas Generasi tua yang Mengacau”. Apa yang dapat kita tangkap dari Perkataan tersebut? Yaa, Bahwasanya didalam Wadah HMI yang besar ini Masih saja terdapat Oknum yang Menyalahgunakan Arti sebuah Kanda Dinda, yang mana Kanda memberikan Perintah kepada Dinda nya dan Dinda merespon, Siap-siap, Eksekusi, Laksanaken, Ampun Kandaku, siap tertib! Lalu apalagi? Berhentilah memberi hormat yang berlebihan pada kanda-kandamu bung. Kandamu bukan nabi, ia terlahir dan ditakdirkan juga melakukan dosa seperti kalian, segala upaya pengendalian fikiran harus dirobek. Jangan tunggu dibebaskan, bebaskan isi kepalamu sekarang jangan biarkan buku yang kau baca berakhir berakhir di bibir para senior!. Ini hanya Persepsi Penulis saja, dan Penulis tidak Menjudge hanya dari satu sisi, Sekarang kita bahas sisi Negatif terkait Senioritas didalam HMI. Adanya Senioritas didalam HMI ini dapat menimbulkan Pola pikir Manja terhadap Kepribadian Kader terkhusus Generasi Baru di HMI, tidak akan ada Kader yang memiliki Pola pikir yang luas jika Seniornya selalu mengintervensi Pola pikir adindanya, tidak akan tercipta sebuah Inovasi baru apabila Adinda nya dibatasi dalam Membentuk Sebuah Pola pikir. Penulis rasa, perlu juga Kesadaran dan Dukungan Para Senior untuk Junior nya Agar apa yang telah mereka Pikirkan Matang-matang tidak Hancur dan Sia-sia, dan teruntuk Senior pun, Perlu Mengayomi Para Adindanya agar tidak terdapat Kecenderungan Sosial dalam diri Mereka, Meskipun Senior saat ini Membantah, Perlu diketahui Generasi saat ini berbeda dengan Generasi Terdahulu, Dengan kesadaran Masing-masing untuk Menghadiri seluruh Program dan Kegiatan dari HMI terkhusus di Komisariat. Pada Intinya, Silahkan Ikut Campur tangan terhadap Pola Pikir adindanya, Tapi!, Campur tangan yang dimaksud adalah ketika Adinda nya Salah dalam Berfikir, itu saja.
Kita Bahas Lagi, dari Sisi Positifnya, Senioritas didalam HMI juga diperlukan ketika memang Hal itu Urgent, Seperti Adindanya yang bingung dalam Kedudukan nya disebuah Organisasi, Kepanitiaan, DLL. Lalu Adindanya Meminta Arahan kepada Kakandanya untuk Memecahkan Kebingungannya dan mendapatkan Jalan Keluar dari Kakandanya. Yahh saya rasa Seluruh Kader HMI pun dapat Berargument terkait sisi Positif dari adanya Senioritas didalam HMI, dan Sedikit Pesan dari Penulis dari sisi Positif ini, Tapi ini juga tak perlu digunakan karena ini hanyalah Persepsi penulis, Berikanlah Kebebasan kepada Junior dalam berfikir untuk menentukan apa yang ingin mereka perbuat, dan Masuklah Senior ke pemikiran itu ketika Junior Salah dalam berfikir, Luruskan!. Dan untuk senior, Jangan pernah untuk Memulai, biarkanlah Junior yang Memulai untuk Menghampiri Senior. Nasib Juniormu tidak ada di tangan kanda-yundanya. Hidupnya ada ditangannya sendiri, sekali lagi Biarkan Mereka rebut kebebasan Mereka, tak ada yang boleh mengontrol pikiran dan imajinasi Mereka. Mari mengakhiri rezim kanda-yunda dan merobek hirarki senioritas didalamnya.
Sebelum mengakhiri tulisan ini, Penulis ingin Membahas Hal yang perlu dilakukan agar HMI tetap menjadi Organisasi yang Relevan. Perlunya
Menurut Anas Urbaningrum, dibutuhkan terapi yang tepat untuk memulihkan kredibilitas dan atau citra HMI dalam peran-peran kemasyarakatan, kebangsaan, kenegaraan, dan ke-HMI-an yang selaras dengan semangat zaman. Berikut ini dipaparkan visi HMI yang masih relevan untuk kita saat ini. Visi ini perlu disahuti agar organisasi kita ini senantiasa dapat menghadapi tantangan zaman yang terus bergejolak.
Pertama, politik etis HMI. Para kader HMI tidak boleh terjebak secara psikologis atas sejarah kesuksesan HMI. Kesuksesan HMI tidak boleh ditanggapi dengan kepuasan yang berlebihan. Kesuksesan yang pernah diraih oleh HMI harus terus dijadikan sebagai pemacu semangat, motivasi dan etos kritik untuk supaya terus berproses dan menjalankan dinamika organisasi sesuai dengan semangat zaman.
Sebagai organisasi mahasiswa yang tertua di Indonesia saat ini, HMI akan tetap dihitung sebagai kekuatan politik (political force). Oleh sebab itu, kita (HMI) harus memahami dinamika politik. Hal ini penting untuk menunjukkan posisi HMI sebagai subjek politik, bukan objek politik. Akan tetapi, perlu dicatat dan ditegaskan bahwa, politik HMI adalah politik etis, politik kemahasiswaan. Politik HMI adalah politik kaum intelektual yang merupakan implementasi dari sifat kritisisme, etos tranformatif. Politik HMI dibingkai oleh etika dan moralitas. Isinya bukanlah politik kekuasaan, melainkan politik kemanusiaan yang sarat dengan nilai (value).
Kedua, peningkatan visi intelektual. Upaya membangkitkan kembali kekuatan intelektual (intelectual force) kader-kader HMI menjadi sebuah keharusan. Kita mesti menyadari bahwa dinamika intelektual kelompok dan organisasi mahasiswa yang lain semaki berkembang, sementara kita semakin meredup, padahal dalam catatan sejarah, HMI senantiasa berada di garis depan dalam tradisi-tradisi intelektual, terkhusus dalam wacana-wacana pemikiran di Indonesia ini.
Untuk itu, menurut Anas, kita harus menciptakan lingkungan yang kondusif berupa kebijakan organisasi dan komitmen bersama, terkhusus pengurus (pemimpin) HMI di setiap tingkatan untuk meningkatkan tradisi intelektual HMI. Selain itu, kita harus menyediakan sarana untuk berdebat pemikiran, misalnya penerbitan karya-karya tulis. Seperti buletin dan jurnal. Untuk saat ini, karena kita telah hidup di era digital, dapat diwujudkan dengan membuat website untuk menampung tulisan-tulisan pemikiran kader-kader.
Intelektualitas HMI diharapkan bukan sekedar intelektualitas buku dan teori, akan tetapi juga dapat diaplikasikan dalam bentuk konkret di masyarakat. Dengan demikian perkembangan wacana pemikiran kader-kader menjadi intensif dan akseleratif, serta harus terus diikuti oleh kita. HMI harus dapat menjadi lokomotif perkembangan wacana-wacana baru. Dengan gerakan ini, upaya untuk menyuarakan idea of progress akan dapat diejawantahkan. Ketajaman pemikiran-pemikiran HMI dapat diterjemahkan mejadi kritisisme yang korektif, konstruktif, dan futuristik.
Ketiga, penguatan basis. HMI harus berupaya memperkuat kembali basisnya, yaitu di kampus. HMI harus mengakomodasi asipirasi, kepentingan dan kebutuhan mahasiswa. Semangat HMI sebagai kampus kedua (second campus) akan terwujud jika secara nyata aktivitas HMI benar-benar bersifat alternatif dan komplementer dengan dunia kampus. Dalam hal ini kita harus membangun dinamika kampus yang sehat dan berkualitas bersama-sama dengan kekuatan mahasiswa.
HMI harus mampu mendorong mahasiswa mengaktifkan organisasi-organisasi ekstra universiter di kampus, dengan tujuan-tujuan melahirkan tokoh-tokoh mahasiswa. Tokoh-tokoh mahasiswa setidaknya harus dibekali dengan lima hal. Yakni memiliki wawasan dan kedalaman ideologis, ketreampilan politis etis, kapasitas intelektual, kemampuan mengembangkan komunikasi sosial, dan kekuatan untuk membangun solidaritas sosial dari berbagai potensi kemahasiswaan.
Keempat, modernisasi organisasi. Upaya modernisasi organisasi harus menjadi perhatian yang serius. Dimensinya bukan hanya pada mengupayakan hard ware, tetapi juga soft ware dan brain ware. Tidak hanya semata fokus pada struktural, tetapi juga kultural. Kita harus memperhatikan dan mendorong keluarga besar HMI untuk membangun sekretariat yang permanen, terkhusunya di HMI Cabang. Menurut saya, masih banyak hari ini cabang yang tidak memiliki sekretariat cabang yang permanen. Selanjutnya, harus menumbukan kultural kajian, riset dan datatif dalam organisasi. Pada saat ini akan lebih mudah untuk mengumpulkan data karena dapat menggunakan perangkat digital. Jadi semua makna lebih mudah dan praktis.
Kemudian, kita harus menguatkan kultur taat pada asas organisasi, meningkatkan pemahaman dan loyalitas pada aturan main atau mekanisme organisasi. Kita harus memaksimalkan media-media komunikasi di HMI, saat ini kita dapat membuat aplikasi atau membangun website sebagai perangkat publikasi kegiatan-kegiatan HMI, dan dapat menjadi sarana menerbitkan tulisan-tulisan pemikiran dan berita kegiatan, serta menjadi tempat sosialisasi kebijakan-kebijakan organisasi dan juga pengumuman rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Dalam hal ini kemajuan teknologi dapat kita manfaatkan untuk memodernisasi organisasi.
Kelima, peningkatan kualitas perkaderan. Perkaderan HMI harus benar-benar berkualitas. Kualitas perkaderan tersebut sangat dibutuhkan oleh kemampuan HMI untuk menjauhkan dari formalisme perkaderan. Formalisme perkaderan maksudnya adalah hanya sekedar training HMI diselenggarakan begitu saja, hal ini merupakan reduksi yang sangat berbahaya bagi totalitas perkaderan HMI sesungguhnya.
Perkaderan harus dimaksimalkan dengan dilaksanakannya perkaderan secara formal, nonformal, dan informal. Perkaderan formal penting untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan administratif-struktural yang bersifat formal serta jenjang struktural lebih lanjut. Perkaderan nonformal dan informal juga perlu karena perkaderan tersebut lebih luas untuk proses penempahan kualitas kader HMI. Intelektualitas, profesionalitas, loyalitas, religiutas dan integritas para kader Hmi dapat lebih tajam dalam perkaderan yang nonformal dan informal, seperti up gradding, diskusi-diskusi, seminar, riset dan training yang minat serta bakat-bakat kader yang ingin ditingkatkan. Hal ini disemangati dengan perkembangan zaman, sehingga dapat mengikuti dan mengisi perkembangan zaman dari sisi-sisi positif.
Keenam, peningkatan kualitas keislaman. Komitmen HMI pada Islam sebagai ajaran dan ummat Islam sebagai entitas nyata musti benar-benar berupaya mewujudkannya. Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa hal, seperti; melanjutkan upaya pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia. Ini dapat diimplementasikan apabila HMI membangkitkan kembali semangat wacana-wacana keislaman yang pernah digagas oleh pendahulu-pendahulu HMI, seperti Nurcholish Madjid (Cak Nur). Tidak hanya itu, HMI saat ini justru harus mampu mengkritisi berbagai ragam pemikiran keislaman yang berkembang era teknologi infomasi.
Kemudian, HMI memperkuat ruh spritualitas dalam dinamika organisasi untuk mengimbangi perkembangan rasionalitas yang kala jauah, dan tidak terlena dengan godaan-godaan perkembangan zaman yang serba cepat saat ini. Tentunya juga tidak meninggalkan praktek-praktek keberagamaan di kampus dan luar kampus. Hal ini menunjukkan keislaman secara nyata.
Terakhir, ketujuh, pengembangan visi kewirausahaan. Dulu, soal kewirasuhaan atau enterpreneurship termasuk hal yang baru. Tapi HMI saat ini, soal enterpreneur dan enterprenership sudah menjadi pembicaraan kader-kader HMI. Tidak hanya menjadi pembicaraan, tapi telah menjadi perhatian yang serius dalam kajian-kajian dan praktek kader-kader HMI. Kita (HMI) harus mendesak bahwa hal yang satu ini menjadi bagian penting juga di HMI untuk melahirkan generasi muda muslim yang bergerak menjadi pengusaha. Sebab ini bermanfaat bagi penguatan ekonomi ummat Islam di masa mendatang. Terkhususnya lagi di era disrupsi saat ini.
Orientasi pada kewirausahaan ini pada jangka menengah akan mengarah pada pembentukan klas ekonomi menengah (middle class economic) yang menjadi pilar bagi kekuatan ekonomi ummat. Hal ini juga sekaligus akan memperkuat posisi ekonomi bangsa dalam dinamika ekonomi nasional dan internasional yang semakain kompetitif. Visi ini dapat menggeser orientasi kader yang cenderung pada politik praktis mejadi orientasi wirausaha. Penguatan misi ini harus disambut dengan konkret, seperti membuka akses kepada pelaku-pelaku ekonomi yang sudah cukup mapan, akses modal, dan memahami start up finansial teknologi.
Peningkatan visi ini tidak akan maksimal kalau hanya dilakukan secara individu-individu. Maka dibutuhkan upaya-upaya yang lebih sistematis serta institusional. Walau hari HMI sudah menggagasnya, perlu keseriusan untuk mewujudkannya, agar tidak hanya tinggal sebagai gagasan belaka. Program-program harus disusn dengan sebaik mungkin dan dapat diwujudkan dalam praktek berwirausaha walaupun belum mampu seperti pengusaha-pengusaha ternama, tapi setidaknya ini adalah proses latihan bagi kader-kader HMI yang berminat dalam dunia enterpreneur.
Kembali lagi Ke judul, Is HMI Still Relevan? HMI adalah Organisasi yang sangat Relevan bagi Para Generasi-generasi yang siap Berkontribusi dalam Menjaga Keseimbangan Keislaman dan Keindonesiaan, HMI sangat Relevan untuk para Generasi yang Siap menghabiskan Waktu nya untuk Berjuang bersama HMI untuk Membuktikan Bahwa HMI bukanlah Organisasi seperti Ocehan-ocehan para Oknum yang Mengcamkan kalau HMI adalah Organisasi yang Sesat. Maka dari itu HMI akan sangat Relevan Jika Seluruh Kader HMI mampu Menerjemahkan Makna Kaderisasi di HMI. Melalui tulisan ini saya mengajak seluruh kader HMI tidak hanya di komisariat tetapi di semua tingkatan, tidak hanya di HMI Cabang Pontianak tetapi di seluruh nusantara agar merenungkan kembali esensi dan Relevansi perkaderan yang kita lakukan di HMI.
Sekian Hasil dari Tulisan Seorang Kader HMI yang Biasa-biasa saja, yang hanya Menuangkan Argumentatifnya didalam Sebuah Tulisan, Teruntuk itu Penulis pribadi Mohon Maaf sebesar-besarnya jika ada Kesalahan kata didalam penulisan serta Ketersinggungan, Karena Penulis hanya Menuangkan Sebuah Fakta yang ada, dan Penulis tidak memiliki Niat untuk Memberikan Tanda permusuhan, Melainkan, dengan inilah Penulis menunjukkan Bahwa Cinta Sang penulis terhadap Himpunannya Yaitu Himpunan Mahasiswa Islam ( HMI ) sangat lah besar, dan ini adalah bukti kepedulian Penulis untuk HMI ke masa yang mendatang.
Sekian dan Terima Kasih !
Penulis : Muhammad Husein
Editor : Muhammad Adib Alfarisi